Fourten Ary Admaja Sinaga, pria berusia 28 tahun asal Tiga Dolok, Simalungun, Sumatera Utara, tengah berjuang melawan kanker rektum stadium ...
Fourten Ary Admaja Sinaga, pria berusia 28 tahun asal Tiga Dolok, Simalungun, Sumatera Utara, tengah berjuang melawan kanker rektum stadium 3B. Gejala muncul dua minggu setelah pernikahannya pada tahun 2020.
Awalnya, ia mengalami gangguan buang air besar yang tampak sepele, feses keluar sedikit-sedikit secara terus-menerus, disertai darah dan cairan kuning yang menempel. Namun seiring waktu, kondisinya memburuk.
Istri Ary, Desika Sitorus, mengatakan feses yang awalnya hanya keluar sedikit berubah menjadi tidak tertahan sama sekali, membuat sang suami harus menggunakan popok setiap hari, bahkan saat bekerja.
Berat badan Ary juga turun drastis dari 72 kg menjadi hanya 40 kg, meskipun pola makannya tetap normal. Selain itu, ia juga sering merasa cepat lelah dan mengalami nyeri di area anus.
"Lama-kelamaan, feses tidak keluar sama sekali. Suami lemas dan tidak bisa apa-apa, sehingga kami periksa ke RS di Merauke, Papua. Lalu dibiopsi dan menunggu hasil selama sebulan, dibacakan ternyata tumor ganas di rektum," kata Desika kepada detikcom, Sabtu (1/3/2025).
Desika mengatakan karena keterbatasan fasilitas medis di sana, dokter menyarankan untuk menjalani pengobatan di rumah sakit dengan fasilitas lebih lengkap di kota besar. Desika dan suaminya memutuskan untuk pulang ke kampung halamannya di Tiga Dolok, Simalungun, pada tahun 2021.
Setelah kembali ke kampung halaman, Ary sempat mencoba pengobatan tradisional, namun kondisinya justru semakin memburuk. Ia pun dilarikan ke IGD Rumah Sakit Harapan, Siantar, dan dirujuk ke Rumah Sakit Mitra Sejati. Di sana, ia menjalani operasi besar untuk pembuatan stoma serta biopsi ulang. Setelah sebulan, ia kembali dirujuk ke RSUP Adam Malik, Medan, untuk menjalani kemoterapi.
Perjalanan pengobatan yang dijalani Ary begitu panjang dan penuh tantangan. Ia menjalani regimen pengobatan kemoterapi. Kemoterapi pertama dilakukan selama delapan siklus dalam enam bulan, lalu dilanjutkan dengan regimen kedua yang juga berlangsung selama delapan siklus dalam waktu enam bulan.
Namun, setelah dievaluasi, lanjut Desika, tumornya masih belum bisa diangkat. Dokter kemudian memberikan terapi radiasi sebanyak 25 kali selama lebih dari satu bulan, tetapi hasilnya tetap sama.
"Setelah itu, suami diberikan obat kemoterapi oral sebanyak 24 siklus selama satu tahun, tapi tetap saja tumornya tidak bisa diangkat," kata Desika.
Tak sampai di situ, Desika mengatakan sang suami menjalani regimen pengobatan kemoterapi ketiga selama hampir delapan bulan, tetapi tumor tetap tidak bisa diangkat akibat adanya pelekatan. Hingga kini, Ary masih menjalani kemoterapi tambahan sebanyak 12 siklus yang belum selesai.
Pada awal pengobatan, Ary masih bisa bekerja sebagai pengemudi ojek daring saat tidak menjalani kemoterapi. Namun, memasuki tahun 2024, kondisinya semakin memburuk.
"Karena batu ginjal dan (tuberkulosis (TBC), ternyata pas dioperasi bulan 7 di tahun 2024, batu ginjalnya diangkat ternyata (kanker) sudah menyebar sampai kandung kemih dan saat diperiksa tbcnya juga (kanker) sudah menyebar sampai paru paru kankernya mulai dari situ suami keadaannya semakin memburuk hingga sekarang yang buat dia pun tidak ngojek lagi," kata Desika.
Sejak saat itu, kesehatannya terus menurun. Ary tidak lagi bisa bekerja, bahkan untuk sekadar berjalan pun kini terasa sangat sulit. Desika yang sebelumnya juga bekerja di rumah makan depan rumah sakit untuk membantu biaya pengobatan, kini terpaksa berhenti bekerja karena harus merawat suaminya yang semakin lemah.
"Sekarang keadaan suami sudah sangat memprihatinkan. Baru-baru ini hasil CT scan menunjukkan ada penyempitan di lambung, pembengkakan ginjal, dan gangguan pada liver. Dia sudah sulit makan, susah berjalan, dan terus merasa kesakitan," ungkap istrinya.
Desika mengatakan sang suami didiagnosis kanker rektum karena faktor genetik. "Ayahnya dulu mengidap kanker lambung dan meninggal karena itu," ujarnya.
Dikutip dari laman Kemenkes RI, kanker rektum merupakan tumor ganas yang berupa massa polipoid besar pada rektum. Kanker rektum disebabkan oleh beberapa faktor seperti:
- adanya polip di usus (Colorectal Polyps)
- peradangan pada usus yang kronik (Colitis Ulcerativa)
- riwayat kanker sebelumnya
- riwayat kanker colorectal pada keluarga
- merokok
- pola makan yang tinggi lemak
- pola makan rendah serat dan kurangnya olahraga.
- Adapun gejala kanker rektum ditandai:
- adanya perubahan kebiasaan buang air besar (diare atau sembelit/konstipasi)
- usus besar terasa tidak kosong seluruhnya
- terdapat darah dalam feses (baik merah terang atau kehitaman)
- sering terasa kembung atau kram di perut atau merasa kekenyangan meskipun makan sedikit
- kehilangan berat badan tanpa alasan, mual atau muntah-muntah, mudah lelah dan letih.(health.detik.com)