Menjalani pola makan sehat dan rutin berolahraga tak lantas membuat Claudia bebas dari kanker. Siapa sangka, di usianya yang masih 26 tahun,...
Menjalani pola makan sehat dan rutin berolahraga tak lantas membuat Claudia bebas dari kanker. Siapa sangka, di usianya yang masih 26 tahun, ia mendapatkan diagnosis kanker payudara, tepatnya Juni 2023.
Dokter bahkan menemukan kanker payudra perempuan domisili Surabaya itu sudah bermetastasis atau menyebar ke kelenjar getah bening, paru, hingga tulang. Tak ada gejala lain yang dikeluhkan Claudia selain payudara mulai terasa nyeri dan benjolan terus membesar.
Semasa hidupnya, Claudia juga mengaku jarang jatuh sakit, sehingga saat mendapatkan diagnosis tersebut, dirinya sempat nyaris tidak percaya, sampai hasil pemeriksaan menunjukkan fakta sebaliknya.
Punya gaya hidup sehat, lantas apa pemicu kanker Claudia?
"Dokter tidak bisa memastikan apa penyebab kanker. Namun saya pernah bertanya apakah bisa dari stress dan dokter menjawab tentu saja," beber Claudia kepada detikcom Senin (17/2/2025).
"Jenis kanker payudara saya adalah hormonal. Penyebabnya nggak ada yang bisa tahu pasti. Tapi aku disuruh ambil tes BRCA yg hasilnya nunjukkin ada gen pembawa cancer payudara dan ovarium. Ditambah dipicu stres berat 2020-2023 jd sepertinya ya karena itu," lanjut dia.
Claudia memilih pengobatan di Singapura, lantaran mendapatkan diagnosis pertama di negara tersebut. Terlebih, ia dan keluarga selama ini memiliki asuransi yang memang mencakup perawatan medis di Singapura.
"Awal check up ke dokter bedah langganan keluarga, karena nggak tau ternyata itu bakal cancer. Kebetulan saya mmg ada asuransi yang mencakup Singapore, dan dulu keluarga ada pengalaman kurang baik ditangani di Indonesia. Jadi yang agak serius kami pilih check up di Singapore saja supaya lebih pasti," tuturnya.
Claudia menyebut saat mengidap kanker, seseorang sebaiknya terus mengupayakan menghindari stres. Sudah lebih dari setahun berlalu, Claudia menjalani hari-hari seperti biasanya termasuk pekerjaan.
Ia bahkan kerap mengunggah konten hasil pekerjaan di media sosialnya, sebagai make up artist.
"Cuma masih rutin kemo sesuai jadwal, tapi sehari-hari seperti orang normal pada umumnya," pungkasnya.
Dihubungi terpisah, Prof Ikhwan Rinaldi sebelumnya menyebut, belum ada bukti ilmiah yang mengaitkan antara kanker dan stres.
Meski begitu, pada beberapa kasus, stres memang dapat memengaruhi daya tahan tubuh, terutama stres yang dialami jangka panjang.
"Penurunan daya tahan tubuh bisa mengakibatkan kemampuan tubuh mengenali sel kanker dan membunuh sel kanker yang muncul di dalam tubuh menjadi menurun," beber dia.
Karenanya, dapat disimpulkan, secara tidak langsung stres mungkin menjadi salah satu faktor risiko pencetus terjadinya kanker.(health.detik.com)