Oleh : Denny Siregar "Kamu bayangkan seandainya Ahok menang..." Kata temanku datar. ...
Oleh : Denny Siregar
"Kamu bayangkan seandainya Ahok menang..." Kata temanku datar.
Aku meresapi aroma kopiku siang ini. Menangisi kekalahan akal sehat yang terintimidasi oleh politisasi ayat dan mayat. Betapa sulitnya menjadi waras ditengah semua kegilaan ini.
"Sesudah Ahok diumumkan menang, ia diputuskan tidak bersalah oleh pengadilan.." Temanku melanjutkan. "Yang terjadi adalah ada alasan bagi lawan politik untuk melancarkan serangan demo berturut-turut yang akan mengguncangkan pemerintahan.."
Kepalaku terangkat tertarik mengikuti pemikiran temanku ini. Kucecap kopi yang sudah mendingin di hadapanku.
"Demo besar itu akan terus dibesarkan skalanya, dengan dana yang dikucurkan dari luar karena kepentingan mereka terganggu. Freeport misalnya.
Isunya adalah People Power. Rakyat menghendaki pemimpin muslim karena sesuai perintah Tuhan. Rakyat yang masih awam dan belum terpelajar, akan turun ke jalan dengan alasan membela ayat Tuhan.
Isu ini akan membesar dan rakyat yang turun ke jalan semakin banyak, dari mana-mana dengan kemudahan transportasi yang sudah dibayarkan oleh pelaksana.
Ekonomi jelas terganggu dan investasi terhambat. Yang terjadi dana dari dalam negeri kembali terbang keluar. Rupiah jatuh drastis dan ratusan miliar rupiah habis hanya untuk biaya pengamanan..
Pada momen tertentu, tentara ikut bergerak. Isunya adalah tentara pecah. Tentara akan mengamankan "amanat rakyat". Presiden dipaksa turun dan keluar dari istana, persis kejadian 2001 saat GusDur harus berpisah dari jabatan.
Dan Presiden pasti akan melakukan hal yang sama, mengingat karakternya yang tidak ingin ada perpecahan. Akhirnya ia turun dan terjadi perpecahan pula di parlemen...
Rakyat di wilayah Timur yang mayoritas Kristen akan berontak pula karena merasa terjadi cacat dalam demokrasi. Mereka akan menindas muslim minoritas dan mengumumkan tuntutan pemisahan diri dari NKRI. Situasi jauh lebih rumit dari yang diperkirakan.
Bisa saja terjadi benturan akhirnya dengan kekerasan dimana-mana. Akhirnya keadaan darurat diberlakukan dan pasukan keamanan internasional turun dan ikut campur dalam masalah dalam negeri..."
Aku terbelalak mendengarkan prediksi temanku yang begitu liar. Sebuah kemungkinan yang bisa dibilang kecil tetapi kemungkinan tetaplah kemungkinan. Apapun bisa terjadi, terutama ketika melihat apa yang sudah pernah ada melalui demo angka berangka sebelumnya.
"Masyarakat kita belum bisa menerima perbedaan. Terlalu prematur ketika sesuatu yang belum matang dipaksakan keluar. Perpecahan bisa terjadi dengan menunggangi isu sensitif yang terus dipertajam.
Dan mereka yang dulu berkuasa selama puluhan tahun akan keluar dan menjadi pahlawan. Saling gandengan tangan dengan politikus, pejabat dan tentara hitam yang haus kekuasaan. Dan kita kembali memasuki masa kegelapan.."
Kuseruput kopiku dan kubakar rokok yang tinggal sebatang. "Jangan remehkan sekelompok orang bodoh dalam jumlah besar" kata seseorang.
Kita ternyata masih belum matang dan perlu waktu yang lebih lama untuk berjuang mempertahankan kemerdekaan dan persamaan hak sebagai anak bangsa.
Tuhan punya rencana lain. "Barang" itu sengaja dilepas untuk menjaga stabilitas. Ada hal yang belum tuntas dan perlu perbaikan disana sini sebelum masuk pada wilayah kesadaran.
Aku mulai tersenyum. Terkadang banyak hal yang tidak terpikirkan keluar dari kegelisahan.
Kuhirup secangkir kopi yang pahit tetapi di pahit itulah sebenarnya sumber kenikmatan... **
Sumber : facebook Denny Siregar via redaksiindonesia.com